This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 29 April 2012

Petikan Vinaya, Sutta, dan Abhidhamma





“Siapa saja, entah dia itu seorang bhikkhu, bhikkhuni, upasaka, upasika yang berpegang pada dhamma, hidup sesuai dengan dhamma, berkelakuan baik sesuai dengan baik, mereka itulah sesungguhnya menghargai, menjunjung, memuliakan, berbakti kepada tathagata dengan penghormatan yang paling tinggi”.
__Mahaparinibbana Sutta, Digha Nikaya II. 138__

“Penghormatan yang paling dalam kepada guru junjungan, dhamma, dan sangha, dengan disertai kesungguhan dan cinta kasih. Seorang siswa seperti ini tidak akan gagal: ia dekat dengan nibbana”
__Anguttara Nikaya__

“Ananda, hal yang sama dilakukan terhadap jenazah tathagata seperti perlakukan terhadap jenazah seorang raja dunia. Siapapun pada kemudian hari yang membawa bunga, dupa, atau kayu cendana atau melakukan puja dan pikirannya menjadi tenang di sana, maka orang itu akan memperoleh manfaat dan kebahagiaan untuk waktu yang lama”.
__Mahaparinibbana Sutta, Digha Nikaya II, 142__


Buddha menguraikan lima jenis penghidupan yang tidak disarankan, yaitu:
1.    Memperdagangkan senjata
2.    Memperdagangkan makhluk hidup
3.    Memperdagangkan daging
4.    Memperdagangkan yang dapat mengurangi kesadaran
5.    Memperdagangkan racun

__Anguttara Nikaya III, 207__

Beberapa cara yang tidak jujur untuk memperoleh kekayaan yang termasuk dalam penghidupan yang salah.
1.    Melakukan muslihat, menipu
2.    Menjilat, membual
3.    Memeras, memalak
4.    Mengelapkan, memalsukan
5.    Mengambil keuntungan berlebihan/riba

__Majjhima Nikaya III. 75__

“Dalam memiliki tiga hal, seseorang penguasa dalam waktu yang singkat meraih kesuksesan dan meningkatkan pendapatannya. Apakah ketiga hal itu? Dalam hal ini, ia memiliki penglihatan yang tajam (cerdik), memiliki kecakapan, dan dapat dipercaya”.

__Anguttara Nikaya I, 116__

Sahabat palsu (akalyanamitta)
Kawan,
Yang hanya mencari sesuatu yang diambil,
Yang ucapannya berlainan dengan perbuatan,
Yang pandai menjelit, yang membuat engkau senang,
Yang boros mencari kesenangan di jalan yang sesat,
Keempat itulah musuhmu, sahabat palsumu.

__Sigalovada sutta, Digha Nikaya III,186__

Sahabat sejati (kalyanamitta)
Kawan,
Yang suka menolongmu,
Yang dekat dikala senang dan susah,
Yang suka member nasehat baik,
Yang selalu memperhatikanmu,
Keempat itulah kaawammu, sahabat sejatimu.

__sigalovada sutta, Digha Nikaya III, 188__






Minggu, 22 April 2012


Subhâsitâ Ca Yâ Vâcâ
Etammaõgalamuttama
(Bertutur Kata Dengan Baik
Adalah Berkah Utama)
__Maõgala Sutta__
By Hendra DS

Salah satu bentuk penghormatan dalam agama Buddha adalah dengan memuji kebaikan orang lain. Buddha pernah bersabda dalam maõgala sutta “Bertutur kata dengan baik adalah berkah utama”. Salah satu bentuk pujian sang Buddha yang diberikan oleh brahmana Janossoni adalah dengan memuji sang tathagata dengan sebuah kalimat “Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa”. Berikut cerita asal-usul pujian tersebut:

Gambar Ucapan Waisak 2556, BE 2012



Rekreasi di Pantai Papak, KLU



Sejarah Puja


Pūjâ Ca Pūjanîyânaṁ
Etammaõgalamuttamaṁ
(Memuja Mereka Yang Patut Di Puja Adalah Berkah Utama)
__Maõgala Sutta__

I. Sejarah Puja
1.1 Sejarah Puja pada Zaman Prabuddha
Puja dalam zaman prabuddha lebih bermakna sebagai persembahan kepada para dewa. Hal ini dilakukan dengan cara mengorbankan hewan, bahkan mengorbankan manusia kepada para dewa.
Sejarah puja kepada para dewa ini diawali dengan munculnya ajaran brahmanisme. Ajaran ini menunjukkan bahwa ada makhluk dewa yang berkuasa atau mengatur segala sesuatu yang akan diterima oleh manusia. Dengan alasan itu, para brahmin menciptakan sarana puja kepada dewa-dewa dengan jalan upacara-upacara kurban. Tujuannya adalah dengan kurban yang diberikan kepada para dewa, mereka akan menjadi senang dan tidak menjatuhkan malapetaka bagi manusia.

PESAN WAISAK 2556 TB / 2012


SANGHA THERAVADA INDONESIA

Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya
Jl. Agung Permai XV/12, Jakarta 14350
Telp (021) 64716739. Faks (021) 6450206
Vihara Mendut
Kotakpos 111, Kota Mungkid 56501, Magelang
Telp / Faks (0293) 788564

PESAN WAISAK 2556 TB / 2012


Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa

Na attahetu na parassa hetu, Na puttamicche na dhanam na rattham
Na iccheyya adhammena samiddhimattano, Sa si
lava pabbava dhammiko siya
(Dhammapada 84)

Tidak untuk kepentingan diri sendiri ataupun kepentingan orang lain,
tidak menginginkan keturunan, kekayaan, kedudukan, maupun kemuliaan dengan cara salah;
demikianlah orang hidup sesuai kebenaran menggunakan kebijaksanaan dan berperilaku baik.

Senin, 16 April 2012

FAKTA KEHIDUPAN

FAKTA KEHIDUPAN
By Hendra DS

Buddha menemukan kebenaran yang mutlak, tidak bisa dibantah dan tidak bisa ditentang oleh semua makhluk hidup. Kebenaran yang mutlak itu adalah kebenaran tentang doktrin anicca, dukkha, anatta. Realita kehidupan sesungguhnya patut ditaati dan tidak boleh ditentang. Jika hal itu ditentang maka kita akan menderita sendiri, hanya bisa ditaati. Semua makhluk pasti mengalami anicca (hukum perubahan).

Manusia pada dasarnya ingin hidup bahagia sehingga selalu mempertahankan diri. Yang wajahnya tidak tampan atau cantik berusaha agar menjadi tampan, dengan cara operasi plastik. Kemudian ada lagi, bisnis mengalami kemerosotan, tidak mau perusahaannya gagal, selalu menginginkan keutungan. Namun tidak demikian cara berpikirnya. Orang seperti sesunggunya masih diliputi oleh kebodohan batin (moha). Kenapa? Karena tidak memahami hukum perubahan sehingga mereka mengalami penderitaan/ketidakpuasaan (dukkha). Orang dihina dan dipuji, terkenal dan tidak terkenal, merasa happy dan merasa sedih, ada untung pasti ada kerugian. Hal ini juga pasti dialami oleh semua makhluk karena sesungguhnya kehidupan kita ini terdiri dari dualisme.
Bagaimana sikap kita, ketika hukum anicca, dukkha, anatta menimpa kita?

1.    Memahami secara sempurna hukum kebenaran Universal
Dalam ariya atthangika magga (jalan mulia berunsur delapan), pikiran benar dan pandangan benar sangat penting peranannya dalam memahami hukum realitas kehidupan. Hukum ini tidak memandang agama, suku, ras, budaya, semuanya akan berlaku dimana saja dan kapan saja. Seperti contoh pangeran siddharta melihat 4 peristiwa agung, yaitu:
a.   Orangtua renta
b.   Orang yang berpenyakitan
c.   Orang yang meninggal dan
d.   Orang samana/petapa
Dari peristiwa ini, pangeran siddharta merenung, kenapa seseorang bisa mengalami seperti itu?, ada yang tua renta, sakit, mati. Sehingga beliau memutuskan menjadi seorang samana dan mencari ramuan supaya tidak lagi adanya usia tua, sakit, dan meninggal. Buddha sendiri tidak bisa terhindar dari usia tua, sakit, dan kematian tetapi beliau sudah menemukan obatnya supaya kita terbebas dari tiga peristiwa tersebut dan tidak terlahirkan lagi.

2.   Memupuk parami
Apakah yang dimaksud Parami ?
kebajikan-kebajikan mulia seperti dâna, sîla, dan lain-lain, tidak melibatkan kemelekatan, kesombongan maupun pandangan salah, namun dibangun dengan dasar welas asih yang mulia dan kebijaksanaan yang terampil dalam mengumpulkan jasa, inilah yang disebut Parami.
Untuk mencapai kebuddhaan, pangeran siddharta menempuh 4 asankheya kappa dan 100 ribu kappa untuk mendapatkan gelar “Buddha”. Kita yang masih putujjhana, hendaknya terus berkarya dalam mengembangkan kualitas batin sehingga tujuan dari umat Buddha akan tercapai (nibbana). Seperti menjalankan kedemawanan (dâna), sîla (perilaku baik), dan mempraktikkan meditasi (bhavana).

Referensi: Riwayat Agung Para Buddha Ke-1, Ehipassiko Foundation & Giri Mangala Publications









PINDAPATTA/PINDACARA



PINDAPATTA/PINDACARA
By Hendra DS

Salah satu cara kehidupan sebagai seorang pabbajitta/samana adalah melakukan pindapatta. Para bhikkhu, bhikkhuni, samanera, samaneri menerima dana makanan dengan cara demikian. Namun, seiring dengan zaman modern, prilaku pindapatta tidak membuat tradisi Buddha terpengaruh atau pudar. Di Indonesia, khususnya Negara yang minoritas buddhisnya sangat minim namun pindapatta ini tetap dilakukan oleh para bhikkhu, bhikkhuni, samanera, samaneri walaupun di lingkungan vihara. Namun, kita membahas:

1.     apakah yang dimaksud dengan pindapatta?
2.     Asal mula tradisi pindapatta?
3.     Bagaimanakah asal mula dan tradisi pindapatta ini bemula?
4.     Kewajiban bhikkhu atau samanera yang berpindapatta/
5.     Pahala berdana makanan?

Pengambilan Air Paritta di Pemujaan Pawang Buani













 AIR PARITTA

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
Manopubbaṅgamā dhammā, manoseṭṭhā mano mayā
Manasā ce pasannena, bhāsati vā karoti vā
Tato naṁ sukkhamanveti, chāyā va anapāyinî
Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin,
pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni,
maka kebahagiaan akan mengikutinya bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.
(Dhammapada I:2)

      Air Paritta adalah air yang mendapatkan penguncaran paritta-paritta suci. Jadi, air yang ditempatkan di altar pada waktu puja bakti, umat menguncarkan paritta-paritta suci – berarti air yang ada di altar tersebut menjadi air paritta.
       Air kemasan dalam botol atau air yang ditempatkan di sebuah wadah (mangkok atau patta), kemudian bhikkhu atau samanera menguncarkan paritta-paritta suci, juga menjadi air paritta disebut air paritta.
      Yang menjadi pertanyaan di sini adalah, ‘apakah ada perbedaan antara air biasa dengan air paritta?’ Secara kasat mata, yang nampak adalah air paritta dan air biasa – tidak ada bedanya, bahkan ada peneliti, yang melakukan penelitian terhadap air paritta menyatakan bahwa: air paritta dan air biasa sama saja berdasarkan atas mineral-mineral yang di kandungnya.
       Berkaitan dengan penelitian terhadap air ini, sekitar tahun 2000, muncul seorang pakar air dari Jepang yaitu Dr. Masaru Emoto. Dengan keuletan, serta ketelitiannya juga dengan bantuan alat-alat canggih yang digunakan untuk melakukan penelitian, beliau mampu memotret kristal-kristal air. Beliau adalah seorang penemu untuk pertama kalinya mampu memotret kristal air.
      Dari hasil-hasil pemotretannya itu ternyata dia menemukan bahwa kristal-kristal air yang terbentuk berbeda-beda. Perbedaan tersebut ternyata berasal dari getaran ucapan yang diarahkan ke air. Pikiran benar yang diucapkan dan diarahkan ke air ternyata membentuk kristal-kristal air yang bagus dan indah. Sedangkan jika pikiran buruk, yang diarahkan ke air, diucapkan ke arah air, ternyata membentuk kristal-kristal air yang buruk dan jelek. Dari penelitian-penelitian air ini, muncul suatu pertanyaan demikian: apakah air mampu membedakan antara pikiran baik dan pikiran buruk yang diucapkan?
       Berdasarkan penelitian Dr. Masaru Emoto, jawabanya adalah ya! Terbukti dari terbentuknya kristal air yang baik ketika air mendapatkan getaran ucapan yang baik yang berasal dari pikiran yang baik. Sebaliknya, air akan membentuk kristal yang buruk ketika air mendapatkan getaran dari ucapan yang tidak bagus.
       Air paritta ini, untuk pertama kalinya dibuat oleh Sang Buddha, di Kota Vesali. Beliau tidak memerlukan alat-alat bantu yang canggih seperti mikroskop elektron, kamera otomatis, ruang pendingin, untuk membuktikan bahwa air paritta memang beda dengan air biasa. Tidak hanya beda, tetapi air paritta memiliki manfaat yaitu untuk pembersihan suasan tempat – sehingga tempat menjadi nyaman untuk dijadikan tempat tinggal atau tempat usaha.
       Untuk membedakan antara air biasa dengan air paritta, Beliau menggunakan alat super canggih yang dinamakan ”Iddhi” yaitu kekuatan super natural yang hanya bisa diperoleh kalau orang mampu mengembangkan ketenganan batin hingga mencapai tingkat ketenangan yang ke empat atau jhana ke empat.
       Dengan jhana ke empat inilah Sang Buddha melihat dengan jelas bahwa: ada perbedaan antara air biasa dengan air paritta, serta manfaat dari air paritta tersebut.
Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā

 (17 Januari 2010)
Bhikkhu Khemaviro



Sekolah Minggu Buddhis (SMB) GMBA








Minggu, 08 April 2012

Kegiatan Menyambut Waisak 2556/2012


LIPUTAN BERITA
PERSIAPAN DAN KEGIATAN  MENYAMBUT WAISAK 2556/ 2012
GIRI METTA BHAVANA ARAMA

Hari raya waisak merupakan hari raya besar bagi pengembangan dan kemajuan bagi umat BUDDDHA  di seluruh dunia. Tri suci waisak  biasanya di peringati pada bulan Mei / Juni sesuai dengan kalender buddhist  yang memperingati:
a)      Lahir Bodhisatta Sidharta Gotama
b)      Pertapa Gotama mencapai penerangan sempurna
c)      Sang budha mencapai parinibbana
d)      
Peringatan waisak 2556 BE/2012 yang di peringati pada tanggal  6 Mei 2012 ( detik-detik waisak : Pukul:11:34:49 Wita). Ini akan di sambut dengan antusias oleh umat budha di seluruh dunia.

Maka dalam rangka menyambut perayaan Tri Suci  Waisak tersebut umat buddha berlomba-lomba untuk mengadakan suatu kegiatan spiritual. Denagan tujuan untuk mengembangkan bathin dan pengetahuan mengenai damma (ajaran sang budha).

GIRI META BHAVANA ARAMA yang beralamat di  Jln. Padepokan Pawang Buani, Desa Bentek, Kec. Gangga , Kabupaten Lombok Utara, NTB. Tidak kalah antusiasnya menyambut waisak tahun ini. Banyak kegiatan yang sudah menjadi agenda waisak, Yaitu:
a)      Latihan Atthasila, yang di mulai pada tanggal 6 April 2012, pukul:04.30, di laksanakan sampai tanggal 5 Mei 2012.
b)      SPD (Sebulan Penghayatan Dhamma)
Kegiatan ini di laksanakan  dengan kegiatan- kegiatan :
-          Ceramah dhamma
-          Diskusi dhamma
-          Latihan pembacaan PARITTA
-          Meditasi 
c)      Lomba-lomba menyonsong waisak
d)     Pengambilan tirta waisak disumur pawang buani, 3 Mei 2012
e)      Penyambutan tahun baru Buddhis yang dilaksanakan oleh para pemuda pada tanggal 5 Mei 2012
f)       Puja bhakti detik-detik waisak
g)      Puja bhakti waisak
h)      Pattidana (merowah)

Semoga dengan kegiatan dan acara yang sudah direncanakan dapat membawa kemajuan  semangatuntuk belajar dan praktek dhamma.
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATA
Semoga semua makhluk berbahagia.
by: Dharmma palla