Rabu, 09 Mei 2012

ANIMISME


ANIMISME
By Hendra
A.I. Pengertian Animisme
Animisme berasal dari kata anima, dari bahasa latin animus dan bahasa yunani anepos, dalam bahasa sansekerta disibut prana, dalam bahas ibrani ruah. Arti kesemua itu adalah napas atau jiwa adalah ajaran/doktrin tentang realitas jiwa.dari pandangan sejarah agama, istilah tersebut digunakan dan diterapkan dalam suatu pengertian yang lebih luas untuk menunjukkan kepercayaan terhadap adanya makhluk-makhluk spiritual yang erat sekali hubungannya dengan tubuh atau jazad (Derajad, 1996). Animisme adalah kepercayaan pada roh yang mendiami semua benda seperti
pohon, batu, sungai, dunung dan sebagainya (KBBI, 2001)
Dari pengertian Animisme diatas, dapat disimpulkan bahwa Animisme adalah kepercayaan terhadap roh-roh halus yang mendiami suatu benda tertentu yang dipercaya memiliki kekuatan lebih dari pada manusia yang mana karena kekuatan itu dianggap mampu membantu manusia menyelesaikan permasalahannya.

A.II. Subyek dari Animisme
Subyek dari Animisme adalah orang-orang suku terpencil, masyarakat pedalaman, dan masyarakat yang belum mengenal pendidikan dan agama yang sudah berkembang.

A.III. Bentuk penyembahan (kultus dalam animisme)
Mereka percaya bahwa roh itu bukan hanya menempati makluk hidup tetapi juga benda-benda mati, sehingga roh itu terdapat dalam batu-batuan, pohon-pohon besar, tombak, kepal manusia yang dimumi. Karena adanya kepercayaan pad roh dan hantu, timbullah pamujaan pada tempat/benda yang dianggapa dihuni roh. Dan yang dipuja agar membalas kebaikan, ada pula yang dipuja agar roh itu tidak mengganggu. Agar terhindar dari kemarahan roh/hantu biasanya diadakan ritual yang dipimpin oleh para pendeta. Adakalanya mereka membujuk roh-roh dengan mengadakan penguburan hewan/manusia yang dikubur hidup-hidup atau diambil kepalanya dan dilempar kedalam gunung manakala sebuah gunung meletus. Mereka beranggapan bahwa jika ada bencana alam berarti roh-roh alam sedang marah.
Dari bermacam-macam sikap terhadap orang yang meninggal kita dapatkan beberapa macam bentuk-bentuk kultus pemujaan. Adapun bentuk-bentuk tersebut adalah:
1.   Tingakatan pemujaan terhadap kelas-kelas
Tidak semua leluhur mempunyai tingkatan yang sama sebab diantara mereka terdapat yang paling berkuasa. Dan sering terjadi anggota kelompok atau anggota suku dalam tingkatan biasa dipuji untuk sementara waktu saja. Bentuk sesembahan yang merata diantara suku-suku primitif adalah terhadap roh pada pribadi agung yang merupakan pusat kultus sesembahan leluhur.
2.   Kultus sesembahan merupakan tumpuan harapan
Roh-roh para leluhur dapat dipanggil untuk membantu kesulitan masyarakat terutama untuk menjamin kelestarian garis jalur keturunan karena biasanya ada keyakinan bahwa roh para leluhur mendambakan kelestarian garis yang memuji dia. Selain itu roh para leluhur diharapkan untuk menghindarkan penyakit atau wabah, membantu memberikan hasil panen yang berlimpah.
3.   Roh leluhur sebagai dewa
Dalam fenomena pemujaan terhadap roh para leluhur terdapat bentuk kultus sesembahan yang dimuliakan roh leluhur dan leluhur ini diyakini kedudukannya ama dengan dewa.
4.   Bentuk kultus sesembahan berbentuk komunal
Orang yang telah meninggal disembah untuk suatu kelompok keluarga, suku ataupun bangsa karena para roh ini adalah anggota keluarga, suku pada waktu hidupnya.

A.IV. Tujuan orang-orang memuja roh
Adapun tujuan orang-orang memuja roh adalah:
§ Memperoleh keselamatan
§ Memperoleh ketentraman dan kedamaian
§ Memperoleh kebahagiaan
§ Memperoleh kesuksesan
§ Memperoleh kesaktian
§ Memperoleh kesucian batin

A.V. Ritual Animisme
Masyarakat Indonesia mengenal kebiasaan atau tradisi yang beraneka ragam, dari upacara yang sederhana sampai yang paling rumit. Di antara upacara-upacara itu misalnya: kirap pusaka dapat berupa keris, tombak, rantai, kereta kraton, payung atau pakaian-pakaian tertentu lainnya, melakukan persembahan tempat-tempat yang dianggap keramat dan kepercayaan masyarakat Nias yang meyakini bahwa tikus yang sering keluar masuk rumah adalah jelmaan dari roh wanita yang meninggal dalam keadaan melahirkan.

B. Pasca Animisme
1.   Totemisme
Totemisme dalam KBBI diartikan sebagai sistem religi yang berkeyakinan bahwa warga kelompok unilineal adalah keturunan dewa-dewa nenek moyang yang satu dengan yang lain mempunyai kekerabatan.
Pada penganut totenisme menjadikan binatang tertentu sebagi obyek keramat yang dianggap suci dan dipuja mereka menganggap binatang tersebut dijadikan lambang yang dimana memiliki hubungan asal-usul dirinya atau kelompoknya.
Totemisme sendiri dapat dibagi dua bagian yaitu:
·      Totem body yaitu totem terhadap suatu halyang bersifat tubuh atau fisik suatu benda tertentu contohnya yaitu payakralan terhadap barang dimasyarakat seperti yang dilakukan masyarakat kudus hewan sapi dianggap suatu benda yang sakral karena merupakan hewan atau sesembahan para dewa, dan masyarakat kudus pun masih memercayai hal itu sebagai suatu ketaatan sampai saat ini.
·      Totem soul yaitu totem mengenai penyakralan terhadap suatu hal yang bersifat kasat mata dan mengenai jiwa itu sendiri. Penyakralan terhadap makhluk halus.
Objek kramat sebenarnya merupakan suatu lambang masyarakat. Pada suku-suku bangsa Australia, misalnya, objek kramat dan pusat tujuan dari sentimen kemasyarakatan, sering berupa binatang atau tumbuh-tumbuhan. Objek kramat seperti itu disebut Totem (Totemisme). Totem adalah mengkonkritkan prinsip totem dibelakangnya. Dan prinsip totem adalah satu kelompok di dalam masyarakat berupa clan (suku) atau lainnya.
2. Urmonotisme
            Urmonotisme adalah kepercayaan yang asli dan bersih kepada tuhan. Seorang pendeta katolik bernama SCHMIDT dari Australia merupakan tokoh besar antroologi mengatakan bahwa agama berasal dari wahyu tuhan yang diturunkan kepada manusia pada massa permulaan ia muncul dimuka bumi. Oleh karena itulah adanya suatu kepercayaan kepada dewa pencipta dari pada itu lebih diperkuat lagi dengan adanya anggapan mengenai “Wahyu Tuhan Asli” demikianlah kepercayaan yang asli dan bersih kepada Tuhan itu disebut kepercayaan urmonotisme


C. Pemujaan Leluhur
1. Bentuk bentuk pemujaan leluhur
            Pemujaan atau penghormatan terhadap leluhur adalah maifestasi dari bermacam-macam sikap terhadap orang yang telah meninggal di kalangan suku bangsa primitif. Sikap terhadap orang yang sudah meninggal ditentukan oleh kelestarian hubungan yang disebabkan ‘mati’ dalam hubungannya dengan akibat-akibat yang membawa keuntungan dalam kaitannya dengan hubungan yang baik antara orang-orang yang masih hidup dan orang-orang yang sudah mati.
Cara-cara pemujaannya dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Selamatan,
b. Sesaji,
c. dan Pembacaan mantra.

2. Identifikasi Pemujaan Leluhur.
a. Selamatan
            Selamatan adalah suatu upacara makan bersama dan makanan telah diberi doa atau mantra sebelum dibagi-bagikan. Selamatan mempunyai hubungan yang eratv dengan kepercayaan animisme dan dinamisme pada unsur-unsur kekuatn sakti maupun mahluk-mahluk diluar manusia seperti mahluk halus dan para dewa. Upacara selamata dalam animisme dan dinamisme selalu dilakukan secara turun temurun dan usaha untuk lebih memuliakan dan mengagungkan mahluk-mahluk halus maupun benda-benda yang mengandung kekuatan.
b. Sajian
            Sajian adalah penyerahan sajian pada saat-saat tertentu dalam ragam kepercayaan terhadap mahluk halus di tempat- tempat tertentu. Sajian ini biasanya ditempatkan di tempat-tempat keramat yang mengandung kekuatan gaib seperti makam tua, gua, di bawah pohon beringin yang rindang dan sebaginya. Tempat-tempat ini dianggap keramat, suci, dan dijadikan tempat untuk meminta terkabulnya suatu hajad.
            “Sesajian merupakan ramuan dari tiga macam bunga (kembang telon), kemenyan, uang recehan, dan kue apem, yang ditaruh dibesak kecil atau bungkusan daun pisang” (Koentjoroningrat, 1999). Ada sesaji yang dibuat pada Selasa keliwon dan Jumat kliwon untuk daerah Jawa tengah dan Jawa Barat, pada hari JumatLlegi untuk daerah jawa Timur. Perlengkapan untuk seaji ini sangat sederhana karena hanya terdiri dari tiga macam bunga yang dimasukan kedalam gelas yang telah diisi setengah air dan bersama- sama sebuah pelita ditempatkan diatas meja, ditunjukan agar roh-roh tidak menggangu ketentraman anggota keluarga.
c. Pembacaan Mantra
            Pelaksanaan ritual kepercayaan animisme dengan membaca mantra-mantra dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan karena telah diberikan apa yang menjadi harapannya. Selain itu, juga dilakukan sebagai rasa bakti kepada mahluk yang diyakinin sebagai pencipta, pengatur, serta pemelihara alam semesta.
            Kepercayaan animisme dalam pelaksanaan ritual selalu ditekankan dengan suatu keharusan dilakukan, dimana ritual tersebut telah diturunkan oleh nenek moyang mereka hingga sekarang. Mereka mempunyai keyakinan dan percaya dengan melaksanakan ritual tersebut akan mendatangkan suatu berkah dan terhindar dari malapetaka atau bencana (Daradjat, 1996)

Referensi:
Sosiologi Agama, Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si.
Chodron, Thubten. 1995, Tradisi dan Harmoni Bandung, Yayasan Penerbit Karaniya
Daradjat, Zakian 1996. Perbandingan Agama, Jakarta: Bumi Aksara.


0 comments: