Oleh: Samanera Widya Dharmma Palla
NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO
SAMMASAMBUDDHASSA
Dananca
dhammacariya ca
Natakanca
sangaho
Anavajjani
kammani
Etammangalamuttamam
Berdana melakukan kebajikan,
Menyokong sanak saudara,
Dan tidak melakukan perkerjaan
tercela,
Pada era kehidupan
modern seperti saat ini, kita dihadapkan pada kondisi yang menuntut kita untuk
mengikuti berbagai jenis kemajuan dunia global pada saat ini. Kemajuan yang
kita hadapi saat ini memberikan berbagai jenis kemudahan yang membawa kita
untuk terus memiliki dan menikmati setiap kemajuan yang kita rasakan saat ini.
Berbagai jenis teknologi terus berkembang pesat, yang setiap saat datang silih
berganti. Kemajuan yang silih berganti tersebut, menuntut kita masuk kedalam
sistemnya bahkan menjadi apa yang diinginkan oleh perkembangan zaman saat ini.
Perkembangan –perkembangan yang bersifat global ini memberikan berbagai macam
cara yang membuat pengguna atau produsen merasa nyaman dan mudah untuk
mendapatkan segala sesuatu yang ingin kita mimpikan. Semua hal itu kita lakukan
untuk memenuhi nafsu keinginan. Dengan memiliki barang-barang atau benda-benda
modern tersebut akan membuat kita menderita karena kita terus dibayangi oleh
keinginan-keinginan tanpa akhir sehingga membuat kita memaksa diri untuk
mendapatkan hal tersebut meskipun kita tidak memiliki kemampuan untuk
mendapatkannya.
Banyak orang beranggapan bahwa dengan membeli dan memiliki
barang-barang tekhnologi tersebut, maka akan memberikan rasa puas, dengan
demikian bisa membuat ia bahagia! Sebagai perumah tangga, apakah dengan cara
demikian membuat ia bahagia? Dalam ANGUTTARA NIKAYA IV, 62 : Sang Buddha
bersabda bahwa ada 4 macam kebahagiaan bagi umat awam :
a. Kebahagiaan
timbul karena memiliki kekayaan
b. Kebahagiaan
timbul karena mempergunakan kekayaan
c. Kebahagiaan
timbul karena tidak mempunyai hutang
d. Kebahagiaan
karena tidak melakukan perkerjaan yang tercela.
1.
Kebahagiaan
timbul karena memiliki kekayaan (Atthisukha)
Banyak orang tidak mensyukuri dengan apa yang dimiliki saat
ini, selalu menginginkan hal yang lebih banyak bahkan setinggi gunung maupun
seluas lautan, tetapi tidak mengukur dan menilai kemampuan yang ia miliki.
Berbagai macam cara dilakukan, dari yang baik sampai yang sangat buruk pun
dilakukan karena keserakahan yang begitu besar yang didasari pada
ketidakpuasan. Dalam Pattakamma Sutta, Samyutta Nikaya disebutkan bahwa
terdapat empat hal di dunia ini yang dicita-citakan, diagung-agungkan, dan
diharapkan oleh setiap orang, tetapi sangat susah untuk mendapatkannya. Empat
hal tersebut adalah:
- harapan untuk mendapatkan kekayaan dengan jalan Dhamma
Harta kekayaan sesungguhnya sangat mudah untuk didapatkan,
tetapi mendapatkan kekayaan dengan cara yang benar, sungguh sulit didapatkan.
Tetapi sesungguhnya semua harta kekayaan yang kita miliki saat ini, belum
menjamin kita berbahagia karena memilikinya jika kita tidak mendasari diri
untuk berusaha dengan cara yang benar. Tetapi dalam dhamma, sesungguhnya
seseorang mendapatkan, memiliki dan menikmati harta kekayaannya dari, usaha dan
semangat yang tinggi (utthanaviriyadhigatehi), dengan keringat sendiri (sedavakkhitehi),
dan dengan jalan Dhamma (dhammikehidhammaladdhehi). Dengan melakukan hal demikian maka kebahagiaan
akan kita rasakan dalam kehidupan kita. Pada saat kita mengumpulkan kekayaan,
hendaknya kita harus melakukannya dengan cara yang benar. Dalam Anguttara
Nikaya Sang Buddha menjelaskan bahwa dalam mengumpulkan kekayaan seseorang
hendaknya menghindari diri dari lima macam perdagangan yang mengakibatkan
kerugian bagi diri sendiri dan makhluk lain, seperti satta vanijja
(perdagangan budak), sattha vanijja (perdagangan senjata), mamsa
vanijja (perdagangan mahluk hidup), majja vanijja (perdagangan
minum-minuman keras), dan visa vanijja (perdagangan racun, termasuk
ganja, morfin, dan sebagainya). Ambalatthika Rahulovada Sutta menegaskan
kriteria tentang pekerjaan terbaik yang dilakukan oleh para pengikut Sang
Buddha. Jika pekerjaan yang kita lakukan dapat menimbulkan manfaat untuk
dirinya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain serta bermanfaat untuk
kedua-duanya maka pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang terpuji. Seperti
kerajinan, pertanian dan sebagainya merupakan pekerjaan yang terpuji.
Dalam Anguttara Nikaya Sang Buddha menjelaskan demikian: “Perumah tangga, apakah kebahagiaan memiliki
itu? Disini seorang perumah tangga memiliki kekayaan yang telah diperoleh lewat
usaha yang penuh semangat, dikumpulkan dengan kekuatan tangannya, didapatkan
dengan keringat didahinya, kekayaan yang benar diperoleh dengan benar,” ketika
dia berfikir, saya memiliki kekayaan yang telah diperoleh dengan benar, dia
mengalami kebahagiaan dan suka citta. Ini disebut kebahagiaan memiliki”.
- cita-cita agar menjadi orang terpandang dalam masyarakat,
- harapan agar mempunyai umur panjang dan selalu sehat,
serta
- setelah meninggal bisa terlahir di alam-alam bahagia,
yaitu terlahir di alam surga.
2. Kebahagiaan timbul karena
mempergunakan kekayaan (Bhogasukha)
Dengan
memiliki harta yang banyak dan melimpah seorang mampu mempergunakan kekayaannya
untuk berbagai hal yang diinginkan. Tetapi harta yang kita miliki, tidak semua
orang mempergunakan dengan baik. Kita lebih senang menghamburkan harta maka
akan membawa pada kemerosotan finansial. Dalam Pattakamma Sutta Sang Buddha menjelaskan bahwa:
a. Sebaiknya kita mempergunakan
kekayaan untuk kepentingan diri sendiri dan untuk memenuhi kewajiban keluarga.
Kita harus menggunakan kekayaan untuk dinikmati sebagai hasil jerih payahnya (attanam
sukheti pineti sammasukham pariharati), kekayaan digunakan untuk merawat
orang tua (matapitaro sukheti pineti sammasukham pariharati), harus
merawat putra-putri, pembantu-pembantunya dan para pekerja yang telah membantu
dalam usaha (puttadaradasakammakaraporise sukheti pineti sammasukham
pariharati), serta mempunyai kewajiban untuk menjamu teman dan para
pendatang dengan cara yang benar (mittamacce sukheti pineti sammasukham
pariharati).
b. Kita mempunyai kewajiban untuk menjaga
kekayaan yang telah kita kumpulkan dari bahaya-bahaya yang mungkin terjadi,
seperti kebakaran (aggito), kebanjiran (udakato), pencurian
(corato), dan dari pewaris yang tidak diinginkan (dayadato), serta orang-orang
lain yang tidak kita inginkan (tatharupasu apadasu bhogehi pariyodhaya
vattanti).
c.
Kita
mempunyai lima kewajiban yang lain (pancabalim), yaitu: kewajiban kepada
pemerintah, misalnya membayar pajak (rajabali), kewajiban untuk menjamu
tamu-tamu yang datang (atithibali), kewajiban kepada para deva (devatabali),
dan kewajiban kepada para leluhur yang telah meninggal (pubbapetabali).
d. Seorang perumah tangga juga
mempunyai kewajiban kepada para samana dan brahmana yang telah melenyapkan
kekotoran bathin, penuh perhatian, dan kesabaran (samanabrahmana madappamada
pativirata khanti soracce vivattha attanam damenti)
Dalam
Anguttara Nikaya Sang Buddha menjelaskan demikian: “Disini seorang perumah tangga memiliki kekayaan yang telah diperoleh
lewat usaha yang penuh semangat, dikumpulkan dengan kekuatan tangannya,
didapatkan dengan keringat didahinya, kekayaan yang benar diperoleh dengan
benar,” ketika dia berfikir, saya memiliki kekayaan yang telah diperoleh dengan
benar, seorang perumah tangga menikmati dan melakukan tindakan-tindkan yang
berjasa, dia mengalami kebahagiaan dan suka citta. Ini disebut kebahagiaan
menikmati”.
Inilah
cara kita untuk mempergunakan kekayaan dengan baik dan benar. Dengan cara
demikian maka kita tidak akan dicela karena menggunakan kekayaan dengan cara
yang tidak sesuai dengan dhamma.
3.
Kebahagiaan
timbul karena tidak mempunyai hutang (Anaṇasukha)
Pada umumnya kita ingin menjadi kaya,
atau setidaknya ingin kelihatan sebagai orang kaya bahkan menjadi lebih
terpandang dan tidak bisa diremehkan oleh orang lain karena harta kekayaan.
Mereka berpikir apabila memiliki rumah mewah, mobil mewah, berpakaian yang
harganya mahal, perhiasan yang mencolok, makan selalu di rumah makan terkenal,
aset tanah yang banyak, rumah yang bertingkat, apartemen, maka hal seperti ini
dinilai orang yang kaya. Tetapi, jika kita tidak memiliki kemampuan untuk bisa
menjadi orang kaya, sedangkan keinginan kita begitu besar, maka kebanyakan
orang ingin memiliki semua itu dengan cara berhutang. Pinjam uang dari bank,
tetangga, teman, dan lain-lain, bahkan melakukan segala hal yang dapat
menimbulkan hutang dimana-mana. Sehingga, karena hutang bertumpuk-tumpuk, maka
hidupnya selalu diliputi kegelisahan, kecemasan, dan kekhawatiran, bahkan
melakukan perbuatan buruk karena dikejar-kejar oleh penagih hutang. Sehingga dapat
dikatakan orang yang memiliki hutang cenderung hidupnya tidak tenang dan tidak
bahagia. Orang yang tidak memiliki hutang kepada siapapun dan dalam hal apapun
baik besar maupun kecil, baik hutang barang, maupun hutang ucapan, dia akan
mengalami kebahagiaan dan suka cita. Ia tidak akan memikirkan hutangnya karena
memang ia tidak punya hutang. Dalam Anguttara Nikaya, sang Buddha bersabda
bahwa : ““Disini seorang perumah tangga tidak memiliki
hutang kepada siapapun, entah kecil atau besar, dia mengalami kebahagiaan dan
suka citta. Ini disebut kebahagiaan tanpa hutang”.
4.
Kebahagiaan
karena tidak melakukan perkerjaan yang tercela (Anavajjasukha)
Sebagai makhluk sosial atau makhluk yang
tidak bisa hidup sendiri, manusia berada dan hidup dalam masyarakat, dimana
terdapat norma-norma, batasan-batasan mengenai perbuatan seseorang yang ada
dalam lingkungannya. Bila seseorang berperilaku atau bertindak tidak sesuai
dengan aturan, norma, nilai dan batasan yang berlaku di masyarakat, maka ia
akan mendapat celaan dan tidak dihormati, bahkan diusir dalam lingkungan masyarakatnya. Namun bila ia
bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang ada, maka hidupnya akan diterima
dengan baik bahkan disegani oleh masyarakat, bahkan akan mendapat pujian dan
penghormatan dari masyarakat sekelilingnya. Kejadian yang sering terjadi, yaitu
seorang yang kaya raya, memiliki kekayaan dan aset dimana-mana tetapi
kekayaannya diperoleh dari hasil yang tidak baik seperti menipu, memeras, atau
korupsi, maka hidupnya akan tercela dan ternoda, masyarakat tidak akan
menghormatinya dan mengucilkannya. Juga bila ada seseorang yang memiliki
kedudukan yang penting dalam masyarakat, tetapi senang melakukan
pelanggaran-pelanggaran sila seperti berbohong, berkata tidak pantas, berjina, mencuri,
suka mabuk-mabukan, maka ia akan dicela dan tidak akan dihormati oleh
masyarakat sekitarnya. Dengan kita berprilaku yang baik maka, selain kita
sendiri berbahagia tetapi kita juga turut memberikan sumbangan teladan yang
baik, sehingga tingkah laku yang baik tersebut dapat ditiru dan dijadikan
panutan bagi orang lain. Dengan demikian kita memberikan manfaat yang sangat
berharga bagi diri sendiri dan orang lain. Setelah, dengan kita tidak dicela
maupun dikucilkan oleh masyarakat, maka kita akan tenang dan bahagia menghadapi
realita kehidupan yang semakin maju dan modern seperti saat ini. Dalam Anguttara
Nikaya, sang Buddha bersabda bahwa : “Disini seorang
perumah tangga, seorang siswa luhur memiliki perilaku, ucapan dan pemikiran
tanpa cela. Ketika dia berfikir, saya memiliki perilaku, ucapan dan pemikiran
tanpa cela,” dia mengalami kebahagiaan dan suka cita. Ini disebut kebahagiaan
tanpa cela.
Cara memperoleh kebahagiaan duniawi
Untuk memperoleh kebahagiaan dalam
kehidupan sekarang ini, lakukanlah hal-hal berikut:
1. Rajin dan
bersemangat bekerja mencari nafkah (uṭṭhanasampadā), memiliki
pengetahuan luas, memilki keterampilan, bekerja dengan sungguh-sungguh dan
tidak melakukan pekerjaan tercela.
2. Penuh
kehati-hatian (ārakkhasampadā). Menjaga dengan hati-hati kekayaan apapun
yang telah diperoleh dengan rajin dan semangat, tidak membiarkannya mudah
hilang atau dicuri, terbakar atau terbawa banjir yang akan melenyapkan
kekayaannya. Juga terus menjaga cara bekerja sehingga tidak mengalami
kemunduran atau kemerosotan.
3. Memiliki
teman-teman yang baik (kalyāṇamittata). Tidak bergaul dengan orang-orang
dungu, bergaul dengan orang-orang bijaksana.
4. Menempuh
cara hidup yang sesuai dengan penghasilan (samajivita). Tidak terlalu
kikir dan tidak terlalu boros. Pengeluran tidak melebihi pemasukan. Seorang
perumah tangga harus mengatur pemasukan dan pengeluaran yang mengarah pada
kehidupan yang seimbang. Tidak menghambur-hamburkan apa yang diperolehnya
dengan berfoya-foya, mabuk-mabukan, berjudi, sehingga kekayaannya habis
percuma.
5. Merasa
puas dengan apa yang telah diperoleh (santuṭṭhī), kita harus merasa puas
dengan keadaan yang sekarang kita miliki dari hasil kerja yang sesuai Dhamma,
kurangi keinginan-keinginan yang tidak baik.
6. Melatih kedermawanan
dengan cara berdana, peduli kepada orang-orang yang menderita, yang membutuhkan
pertolongan membuat hidup kita berguna bukan hanya pada diri sendiri tetapi
juga berguna bagi orang lain.
7. Memiliki
moral yang baik dengan cara menjaga sila.
8. Memiliki
kebijaksanaan yaitu dengan cara latihan meditasi.

Semoga kita bisa
memahami kebenaran ini.
Semoga kita
terus maju dalam dhamma
SABBE SATTA
BAHAVANTU SUKHITATA
Sadhu....... sadhu...... sadhu......
1 comments:
Titanium EDC - Tabletop - Tioga Art - Titsanium
Tioga Art - Tabletop - Tioga Art. $29.99. Quantity: Add to Cart. Quantity: Add raft titanium to titanium auto sales Cart. trekz titanium headphones Additional information. Description. View titanium trimmer as seen on tv full listing. titanium knee replacement Product SKU. Titanium-Titanium-
Posting Komentar