Jumat, 08 November 2013

LANGKAH MENUJU KEBAHAGIAAN DUNIAWI


Oleh: Samanera Widya Dharmma Palla

NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA

Dananca dhammacariya ca
Natakanca sangaho
                                                           Anavajjani kammani
Etammangalamuttamam

Berdana melakukan kebajikan,
Menyokong sanak saudara,
Dan tidak melakukan perkerjaan tercela,
Itulah berkah utama.

Pada era kehidupan modern seperti saat ini, kita dihadapkan pada kondisi yang menuntut kita untuk mengikuti berbagai jenis kemajuan dunia global pada saat ini. Kemajuan yang kita hadapi saat ini memberikan berbagai jenis kemudahan yang membawa kita untuk terus memiliki dan menikmati setiap kemajuan yang kita rasakan saat ini. Berbagai jenis teknologi terus berkembang pesat, yang setiap saat datang silih berganti. Kemajuan yang silih berganti tersebut, menuntut kita masuk kedalam sistemnya bahkan menjadi apa yang diinginkan oleh perkembangan zaman saat ini. Perkembangan –perkembangan yang bersifat global ini memberikan berbagai macam cara yang membuat pengguna atau produsen merasa nyaman dan mudah untuk mendapatkan segala sesuatu yang ingin kita mimpikan. Semua hal itu kita lakukan untuk memenuhi nafsu keinginan. Dengan memiliki barang-barang atau benda-benda modern tersebut akan membuat kita menderita karena kita terus dibayangi oleh keinginan-keinginan tanpa akhir sehingga membuat kita memaksa diri untuk mendapatkan hal tersebut meskipun kita tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkannya.
            Banyak orang beranggapan bahwa dengan membeli dan memiliki barang-barang tekhnologi tersebut, maka akan memberikan rasa puas, dengan demikian bisa membuat ia bahagia! Sebagai perumah tangga, apakah dengan cara demikian membuat ia bahagia? Dalam ANGUTTARA NIKAYA IV, 62 : Sang Buddha bersabda bahwa ada 4 macam kebahagiaan bagi umat awam :
a.       Kebahagiaan timbul karena memiliki kekayaan
b.      Kebahagiaan timbul karena mempergunakan kekayaan
c.       Kebahagiaan timbul karena tidak mempunyai hutang
d.      Kebahagiaan karena tidak melakukan perkerjaan yang tercela.

1.      Kebahagiaan timbul karena memiliki kekayaan (Atthisukha)
Banyak orang tidak mensyukuri dengan apa yang dimiliki saat ini, selalu menginginkan hal yang lebih banyak bahkan setinggi gunung maupun seluas lautan, tetapi tidak mengukur dan menilai kemampuan yang ia miliki. Berbagai macam cara dilakukan, dari yang baik sampai yang sangat buruk pun dilakukan karena keserakahan yang begitu besar yang didasari pada ketidakpuasan. Dalam Pattakamma Sutta, Samyutta Nikaya disebutkan bahwa terdapat empat hal di dunia ini yang dicita-citakan, diagung-agungkan, dan diharapkan oleh setiap orang, tetapi sangat susah untuk mendapatkannya. Empat hal tersebut adalah:
- harapan untuk mendapatkan kekayaan dengan jalan Dhamma
Harta kekayaan sesungguhnya sangat mudah untuk didapatkan, tetapi mendapatkan kekayaan dengan cara yang benar, sungguh sulit didapatkan. Tetapi sesungguhnya semua harta kekayaan yang kita miliki saat ini, belum menjamin kita berbahagia karena memilikinya jika kita tidak mendasari diri untuk berusaha dengan cara yang benar. Tetapi dalam dhamma, sesungguhnya seseorang mendapatkan, memiliki dan menikmati harta kekayaannya dari, usaha dan semangat yang tinggi (utthanaviriyadhigatehi), dengan keringat sendiri (sedavakkhitehi), dan dengan jalan Dhamma (dhammikehidhammaladdhehi).  Dengan melakukan hal demikian maka kebahagiaan akan kita rasakan dalam kehidupan kita. Pada saat kita mengumpulkan kekayaan, hendaknya kita harus melakukannya dengan cara yang benar. Dalam Anguttara Nikaya Sang Buddha menjelaskan bahwa dalam mengumpulkan kekayaan seseorang hendaknya menghindari diri dari lima macam perdagangan yang mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan makhluk lain, seperti satta vanijja (perdagangan budak), sattha vanijja (perdagangan senjata), mamsa vanijja (perdagangan mahluk hidup), majja vanijja (perdagangan minum-minuman keras), dan visa vanijja (perdagangan racun, termasuk ganja, morfin, dan sebagainya). Ambalatthika Rahulovada Sutta menegaskan kriteria tentang pekerjaan terbaik yang dilakukan oleh para pengikut Sang Buddha. Jika pekerjaan yang kita lakukan dapat menimbulkan manfaat untuk dirinya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain serta bermanfaat untuk kedua-duanya maka pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang terpuji. Seperti kerajinan, pertanian dan sebagainya merupakan pekerjaan yang terpuji.
Dalam Anguttara Nikaya Sang Buddha menjelaskan demikian: “Perumah tangga, apakah kebahagiaan memiliki itu? Disini seorang perumah tangga memiliki kekayaan yang telah diperoleh lewat usaha yang penuh semangat, dikumpulkan dengan kekuatan tangannya, didapatkan dengan keringat didahinya, kekayaan yang benar diperoleh dengan benar,” ketika dia berfikir, saya memiliki kekayaan yang telah diperoleh dengan benar, dia mengalami kebahagiaan dan suka citta. Ini disebut kebahagiaan memiliki”.
- cita-cita agar menjadi orang terpandang dalam masyarakat,
- harapan agar mempunyai umur panjang dan selalu sehat, serta
- setelah meninggal bisa terlahir di alam-alam bahagia, yaitu terlahir di alam surga.

2.      Kebahagiaan timbul karena mempergunakan kekayaan (Bhogasukha)
Dengan memiliki harta yang banyak dan melimpah seorang mampu mempergunakan kekayaannya untuk berbagai hal yang diinginkan. Tetapi harta yang kita miliki, tidak semua orang mempergunakan dengan baik. Kita lebih senang menghamburkan harta maka akan membawa pada kemerosotan finansial. Dalam Pattakamma Sutta Sang Buddha menjelaskan bahwa:
a.       Sebaiknya kita mempergunakan kekayaan untuk kepentingan diri sendiri dan untuk memenuhi kewajiban keluarga. Kita harus menggunakan kekayaan untuk dinikmati sebagai hasil jerih payahnya (attanam sukheti pineti sammasukham pariharati), kekayaan digunakan untuk merawat orang tua (matapitaro sukheti pineti sammasukham pariharati), harus merawat putra-putri, pembantu-pembantunya dan para pekerja yang telah membantu dalam usaha (puttadaradasakammakaraporise sukheti pineti sammasukham pariharati), serta mempunyai kewajiban untuk menjamu teman dan para pendatang dengan cara yang benar (mittamacce sukheti pineti sammasukham pariharati).
b.      Kita mempunyai kewajiban untuk menjaga kekayaan yang telah kita kumpulkan dari bahaya-bahaya yang mungkin terjadi, seperti kebakaran (aggito), kebanjiran (udakato), pencurian (corato), dan dari pewaris yang tidak diinginkan (dayadato), serta orang-orang lain yang tidak kita inginkan (tatharupasu apadasu bhogehi pariyodhaya vattanti).
c.       Kita mempunyai lima kewajiban yang lain (pancabalim), yaitu: kewajiban kepada pemerintah, misalnya membayar pajak (rajabali), kewajiban untuk menjamu tamu-tamu yang datang (atithibali), kewajiban kepada para deva (devatabali), dan kewajiban kepada para leluhur yang telah meninggal (pubbapetabali).
d.      Seorang perumah tangga juga mempunyai kewajiban kepada para samana dan brahmana yang telah melenyapkan kekotoran bathin, penuh perhatian, dan kesabaran (samanabrahmana madappamada pativirata khanti soracce vivattha attanam damenti)
Dalam Anguttara Nikaya Sang Buddha menjelaskan demikian: “Disini seorang perumah tangga memiliki kekayaan yang telah diperoleh lewat usaha yang penuh semangat, dikumpulkan dengan kekuatan tangannya, didapatkan dengan keringat didahinya, kekayaan yang benar diperoleh dengan benar,” ketika dia berfikir, saya memiliki kekayaan yang telah diperoleh dengan benar, seorang perumah tangga menikmati dan melakukan tindakan-tindkan yang berjasa, dia mengalami kebahagiaan dan suka citta. Ini disebut kebahagiaan menikmati”.
Inilah cara kita untuk mempergunakan kekayaan dengan baik dan benar. Dengan cara demikian maka kita tidak akan dicela karena menggunakan kekayaan dengan cara yang tidak sesuai dengan dhamma.

3.      Kebahagiaan timbul karena tidak mempunyai hutang (Anaṇasukha)
Pada umumnya kita ingin menjadi kaya, atau setidaknya ingin kelihatan sebagai orang kaya bahkan menjadi lebih terpandang dan tidak bisa diremehkan oleh orang lain karena harta kekayaan. Mereka berpikir apabila memiliki rumah mewah, mobil mewah, berpakaian yang harganya mahal, perhiasan yang mencolok, makan selalu di rumah makan terkenal, aset tanah yang banyak, rumah yang bertingkat, apartemen, maka hal seperti ini dinilai orang yang kaya. Tetapi, jika kita tidak memiliki kemampuan untuk bisa menjadi orang kaya, sedangkan keinginan kita begitu besar, maka kebanyakan orang ingin memiliki semua itu dengan cara berhutang. Pinjam uang dari bank, tetangga, teman, dan lain-lain, bahkan melakukan segala hal yang dapat menimbulkan hutang dimana-mana. Sehingga, karena hutang bertumpuk-tumpuk, maka hidupnya selalu diliputi kegelisahan, kecemasan, dan kekhawatiran, bahkan melakukan perbuatan buruk karena dikejar-kejar oleh penagih hutang. Sehingga dapat dikatakan orang yang memiliki hutang cenderung hidupnya tidak tenang dan tidak bahagia. Orang yang tidak memiliki hutang kepada siapapun dan dalam hal apapun baik besar maupun kecil, baik hutang barang, maupun hutang ucapan, dia akan mengalami kebahagiaan dan suka cita. Ia tidak akan memikirkan hutangnya karena memang ia tidak punya hutang. Dalam Anguttara Nikaya, sang Buddha bersabda bahwa : “Disini seorang perumah tangga tidak memiliki hutang kepada siapapun, entah kecil atau besar, dia mengalami kebahagiaan dan suka citta. Ini disebut kebahagiaan tanpa hutang”.

4.      Kebahagiaan karena tidak melakukan perkerjaan yang tercela (Anavajjasukha)
Sebagai makhluk sosial atau makhluk yang tidak bisa hidup sendiri, manusia berada dan hidup dalam masyarakat, dimana terdapat norma-norma, batasan-batasan mengenai perbuatan seseorang yang ada dalam lingkungannya. Bila seseorang berperilaku atau bertindak tidak sesuai dengan aturan, norma, nilai dan batasan yang berlaku di masyarakat, maka ia akan mendapat celaan dan tidak dihormati, bahkan diusir  dalam lingkungan masyarakatnya. Namun bila ia bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang ada, maka hidupnya akan diterima dengan baik bahkan disegani oleh masyarakat, bahkan akan mendapat pujian dan penghormatan dari masyarakat sekelilingnya. Kejadian yang sering terjadi, yaitu seorang yang kaya raya, memiliki kekayaan dan aset dimana-mana tetapi kekayaannya diperoleh dari hasil yang tidak baik seperti menipu, memeras, atau korupsi, maka hidupnya akan tercela dan ternoda, masyarakat tidak akan menghormatinya dan mengucilkannya. Juga bila ada seseorang yang memiliki kedudukan yang penting dalam masyarakat, tetapi senang melakukan pelanggaran-pelanggaran sila seperti berbohong, berkata tidak pantas, berjina, mencuri, suka mabuk-mabukan, maka ia akan dicela dan tidak akan dihormati oleh masyarakat sekitarnya. Dengan kita berprilaku yang baik maka, selain kita sendiri berbahagia tetapi kita juga turut memberikan sumbangan teladan yang baik, sehingga tingkah laku yang baik tersebut dapat ditiru dan dijadikan panutan bagi orang lain. Dengan demikian kita memberikan manfaat yang sangat berharga bagi diri sendiri dan orang lain. Setelah, dengan kita tidak dicela maupun dikucilkan oleh masyarakat, maka kita akan tenang dan bahagia menghadapi realita kehidupan yang semakin maju dan modern seperti saat ini. Dalam Anguttara Nikaya, sang Buddha bersabda bahwa : Disini seorang perumah tangga, seorang siswa luhur memiliki perilaku, ucapan dan pemikiran tanpa cela. Ketika dia berfikir, saya memiliki perilaku, ucapan dan pemikiran tanpa cela,” dia mengalami kebahagiaan dan suka cita. Ini disebut kebahagiaan tanpa cela.

Cara memperoleh kebahagiaan duniawi
Untuk memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan sekarang ini, lakukanlah hal-hal berikut:
1. Rajin dan bersemangat bekerja mencari nafkah (uṭṭhanasampadā), memiliki pengetahuan luas, memilki keterampilan, bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak melakukan pekerjaan tercela.
2. Penuh kehati-hatian (ārakkhasampadā). Menjaga dengan hati-hati kekayaan apapun yang telah diperoleh dengan rajin dan semangat, tidak membiarkannya mudah hilang atau dicuri, terbakar atau terbawa banjir yang akan melenyapkan kekayaannya. Juga terus menjaga cara bekerja sehingga tidak mengalami kemunduran atau kemerosotan.
3. Memiliki teman-teman yang baik (kalyāṇamittata). Tidak bergaul dengan orang-orang dungu, bergaul dengan orang-orang bijaksana.
4. Menempuh cara hidup yang sesuai dengan penghasilan (samajivita). Tidak terlalu kikir dan tidak terlalu boros. Pengeluran tidak melebihi pemasukan. Seorang perumah tangga harus mengatur pemasukan dan pengeluaran yang mengarah pada kehidupan yang seimbang. Tidak menghambur-hamburkan apa yang diperolehnya dengan berfoya-foya, mabuk-mabukan, berjudi, sehingga kekayaannya habis percuma.
5. Merasa puas dengan apa yang telah diperoleh (santuṭṭhī), kita harus merasa puas dengan keadaan yang sekarang kita miliki dari hasil kerja yang sesuai Dhamma, kurangi keinginan-keinginan yang tidak baik.
6. Melatih kedermawanan dengan cara berdana, peduli kepada orang-orang yang menderita, yang membutuhkan pertolongan membuat hidup kita berguna bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga berguna bagi orang lain.
7. Memiliki moral yang baik dengan cara menjaga sila.
8. Memiliki kebijaksanaan yaitu dengan cara latihan meditasi.
Orang-orang yang mengumpulkan harta kekayaan tanpa menggunakannya dengan baik dan bijaksana, maka ia akan kecewa pada saat mereka mengetahui bahwa semua harta kekayaan di dunia ini tidak dapat membeli kebahagiaan. Kebahagiaan dan kesejahteraan dapat diperoleh melalui kekayaan yang diperoleh dari hasil yang sesuai dengan Dhamma (kebenaran), dan digunakan dengan baik dan bijaksana yaitu untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan peduli kepada orang yang membutuhkan bantuan. Tak seorang pun yang bahagia dan sejahtera jika ia mencari kekayaan dengan melanggar Dhamma. Ingatlah seseorang yang mencintai Dhamma akan sejahtera dan seseorang yang membenci Dhamma akan merosot atau mengalami kemunduran.

Semoga kita bisa memahami kebenaran ini.
Semoga kita terus maju dalam dhamma

SABBE SATTA BAHAVANTU SUKHITATA
Sadhu....... sadhu...... sadhu......

1 comments:

achaziawagle mengatakan...

Titanium EDC - Tabletop - Tioga Art - Titsanium
Tioga Art - Tabletop - Tioga Art. $29.99. Quantity: Add to Cart. Quantity: Add raft titanium to titanium auto sales Cart. trekz titanium headphones Additional information. Description. View titanium trimmer as seen on tv full listing. titanium knee replacement Product SKU. Titanium-Titanium-