1. Masa sebelum kelahiran seorang maha bodhisattva pangeran Sidharta.
Keadaan negara-negara di India, sangat kacau, para pengikut golongan Brahmana melakukan bermacam pengorbanan, hewan-hewan disembelih untuk dikorbankan kepada para dewa bahkan kadangkala melampaui batas anak manusiapun ikut menjadi korban untuk dipersembahkan kepada para dewa, lambat laun rakyat sadar perbuatan tersebut tidak membawa hasil baik berkah maupun kemajuan dari pengorbanan-pengorbanan tersebut. Kemudian tampilah para pelopor yang membentuk sistim kepercayaan lain dalam pandangan hidup dan peradaban, sehingga pada zaman tersebut muncul 2 aliran yang sangat ekstrim :
- Aliran kebendaan, bersifat materialistis golongan Carvaka tidak percaya adanya kehidupan setelah mati, kelahiran hanya 1 kali saja karenanya nilasi kebendaan diatas segalanya menebarkan nafsu angkara murka, berbuat jahat sesuka hatinya, melakukan perbuatan bajik tidak ada gunanya, akibatnya rakyat menderita dan negara tidak aman.
- Aliran kebatinan golongan Tirthya/ petapa penyiksa diri. Percaya buah batin yang kekal melalui penitisan kembali, karena terhalang oleh badan jasmani, indria karena semua indria dan perasaan harus dimatikan, prakteknya mereka melakukan penyiksaan diri, mengenak pakaian yang kotor,
menusuk-nusuk dirinya untuk menghancurkan badan jasmaninya guna memperoleh alam kebahagiaansejati bagi rohnya.
menusuk-nusuk dirinya untuk menghancurkan badan jasmaninya guna memperoleh alam kebahagiaansejati bagi rohnya.
2. REINKARNASI ATAU REBIRTH (KELAHIRAN KEMBALI)?
Banyak umat Buddha awam dan umat agama lain yang telah keliru menganggap reinkarnasi adalah sebuah istilah agama Buddha. Padahal, ajaran Buddha justru ingin mendefinisikan kembali (mengoreksi) istilah 'reinkarnasi' yang dikenal kaum Hindu dan menggantinya dengan punarbhava, atau rebirth dalam bahasa Inggris, karena istilah ini lebih tepat!
Reinkarnasi berarti inkarnasi (penjelmaan) kembali suatu makhluk yang telah mati ke tubuh yang baru. Dalam agama Buddha, tidak ada istilah penjelmaan kembali bagi suatu makhluk yang telah mati dan memasuki tubuhnya yang baru. Agama Buddha hanya mengenal kelahiran kembali (rebirth). Dalam pengertian reinkarnasi, roh (jiwa) seseorang yang telah mati berpindah ke tubuh yang baru. Di sini, roh dianggap suatu substansi yang kekal yang berpindah dari satu tubuh ke tubuh yang lainnya.
Dalam konsep Buddhis, tidak dikenal istilah 'roh (jiwa) yang kekal' karena agama Buddha menganut konsep anatta (tanpa roh). Tidak ada suatu diri yang kekal yang berpindah setelah kita mati. Yang ada hanyalah suatu energi (berbentuk kesadaran penyambung) yang meneruskan kehidupan berikutnya. Ibarat api lilin yang diteruskan dari satu lilin ke lilin yang lain, api lilin itu sendiri tidak berpindah, karena lilin-lilin sebelumnya tetap menyala, melainkan karena adanya kondisi (sumbu lilin) yang memungkinkan lilin-lilin berikutnya menyala. Demikian pula kita terlahir kembali karena masih adanya sumbu kehidupan (kemelekatan).
Ingatlah hukum fisika yang menyatakan: energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Hukum karma dalam agama Buddha dapat dibandingkan dengan hukum energi dalam fisika. Hukum karma menyatakan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan manusia akan berakibat (akibatnya tidak akan hilang). Tetapi akibatnya bisa dalam berbagai kondisi (bentuk) sesuai dengan kadar perbuatannya. Akibat dari suatu karma buruk yang tidak terlalu besar dapat diminimalkan dengan suatu karma baik yang besar. Akibat itu sendiri tidaklah hilang, tetapi seolah-olah telah hilang karena kekuatan karma baik yang besar. Ini dapat diibaratkan garam yang berkurang rasa asinnya apabila dilarutkan dengan air yang banyak.
By hendra
0 comments:
Posting Komentar