Senin, 16 April 2012

FAKTA KEHIDUPAN

FAKTA KEHIDUPAN
By Hendra DS

Buddha menemukan kebenaran yang mutlak, tidak bisa dibantah dan tidak bisa ditentang oleh semua makhluk hidup. Kebenaran yang mutlak itu adalah kebenaran tentang doktrin anicca, dukkha, anatta. Realita kehidupan sesungguhnya patut ditaati dan tidak boleh ditentang. Jika hal itu ditentang maka kita akan menderita sendiri, hanya bisa ditaati. Semua makhluk pasti mengalami anicca (hukum perubahan).

Manusia pada dasarnya ingin hidup bahagia sehingga selalu mempertahankan diri. Yang wajahnya tidak tampan atau cantik berusaha agar menjadi tampan, dengan cara operasi plastik. Kemudian ada lagi, bisnis mengalami kemerosotan, tidak mau perusahaannya gagal, selalu menginginkan keutungan. Namun tidak demikian cara berpikirnya. Orang seperti sesunggunya masih diliputi oleh kebodohan batin (moha). Kenapa? Karena tidak memahami hukum perubahan sehingga mereka mengalami penderitaan/ketidakpuasaan (dukkha). Orang dihina dan dipuji, terkenal dan tidak terkenal, merasa happy dan merasa sedih, ada untung pasti ada kerugian. Hal ini juga pasti dialami oleh semua makhluk karena sesungguhnya kehidupan kita ini terdiri dari dualisme.
Bagaimana sikap kita, ketika hukum anicca, dukkha, anatta menimpa kita?

1.    Memahami secara sempurna hukum kebenaran Universal
Dalam ariya atthangika magga (jalan mulia berunsur delapan), pikiran benar dan pandangan benar sangat penting peranannya dalam memahami hukum realitas kehidupan. Hukum ini tidak memandang agama, suku, ras, budaya, semuanya akan berlaku dimana saja dan kapan saja. Seperti contoh pangeran siddharta melihat 4 peristiwa agung, yaitu:
a.   Orangtua renta
b.   Orang yang berpenyakitan
c.   Orang yang meninggal dan
d.   Orang samana/petapa
Dari peristiwa ini, pangeran siddharta merenung, kenapa seseorang bisa mengalami seperti itu?, ada yang tua renta, sakit, mati. Sehingga beliau memutuskan menjadi seorang samana dan mencari ramuan supaya tidak lagi adanya usia tua, sakit, dan meninggal. Buddha sendiri tidak bisa terhindar dari usia tua, sakit, dan kematian tetapi beliau sudah menemukan obatnya supaya kita terbebas dari tiga peristiwa tersebut dan tidak terlahirkan lagi.

2.   Memupuk parami
Apakah yang dimaksud Parami ?
kebajikan-kebajikan mulia seperti dâna, sîla, dan lain-lain, tidak melibatkan kemelekatan, kesombongan maupun pandangan salah, namun dibangun dengan dasar welas asih yang mulia dan kebijaksanaan yang terampil dalam mengumpulkan jasa, inilah yang disebut Parami.
Untuk mencapai kebuddhaan, pangeran siddharta menempuh 4 asankheya kappa dan 100 ribu kappa untuk mendapatkan gelar “Buddha”. Kita yang masih putujjhana, hendaknya terus berkarya dalam mengembangkan kualitas batin sehingga tujuan dari umat Buddha akan tercapai (nibbana). Seperti menjalankan kedemawanan (dâna), sîla (perilaku baik), dan mempraktikkan meditasi (bhavana).

Referensi: Riwayat Agung Para Buddha Ke-1, Ehipassiko Foundation & Giri Mangala Publications









0 comments: