FAKTA KEHIDUPAN
By
Hendra DS
Buddha menemukan kebenaran yang mutlak, tidak bisa dibantah
dan tidak bisa ditentang oleh semua makhluk hidup. Kebenaran yang mutlak itu
adalah kebenaran tentang doktrin anicca, dukkha, anatta. Realita kehidupan
sesungguhnya patut ditaati dan tidak boleh ditentang. Jika hal itu ditentang
maka kita akan menderita sendiri, hanya bisa ditaati. Semua makhluk pasti
mengalami anicca (hukum perubahan).
Manusia pada dasarnya ingin hidup bahagia sehingga selalu
mempertahankan diri. Yang wajahnya tidak tampan atau cantik berusaha agar
menjadi tampan, dengan cara operasi plastik. Kemudian ada lagi, bisnis
mengalami kemerosotan, tidak mau perusahaannya gagal, selalu menginginkan
keutungan. Namun tidak demikian cara berpikirnya. Orang seperti sesunggunya masih
diliputi oleh kebodohan batin (moha). Kenapa? Karena tidak memahami hukum perubahan
sehingga mereka mengalami penderitaan/ketidakpuasaan (dukkha). Orang dihina dan
dipuji, terkenal dan tidak terkenal, merasa happy dan merasa sedih, ada untung
pasti ada kerugian. Hal ini juga pasti dialami oleh semua makhluk karena sesungguhnya
kehidupan kita ini terdiri dari dualisme.
Bagaimana sikap kita, ketika hukum anicca, dukkha, anatta menimpa kita?
1.
Memahami secara sempurna hukum
kebenaran Universal
Dalam ariya atthangika magga (jalan mulia
berunsur delapan), pikiran benar dan pandangan benar sangat penting peranannya
dalam memahami hukum realitas kehidupan. Hukum ini tidak memandang agama, suku,
ras, budaya, semuanya akan berlaku dimana saja dan kapan saja. Seperti contoh
pangeran siddharta melihat 4 peristiwa agung, yaitu:
a.
Orangtua renta
b.
Orang yang berpenyakitan
c.
Orang yang meninggal dan
d.
Orang samana/petapa
Dari peristiwa ini, pangeran siddharta merenung,
kenapa seseorang bisa mengalami seperti itu?, ada yang tua renta, sakit, mati. Sehingga
beliau memutuskan menjadi seorang samana dan mencari ramuan supaya tidak lagi
adanya usia tua, sakit, dan meninggal. Buddha sendiri tidak bisa terhindar dari
usia tua, sakit, dan kematian tetapi beliau sudah menemukan obatnya supaya kita
terbebas dari tiga peristiwa tersebut dan tidak terlahirkan lagi.
2.
Memupuk parami
Apakah
yang dimaksud Parami ?
kebajikan-kebajikan mulia
seperti dâna, sîla, dan lain-lain, tidak melibatkan kemelekatan, kesombongan
maupun pandangan salah, namun dibangun dengan dasar welas asih yang mulia dan
kebijaksanaan yang terampil dalam mengumpulkan jasa, inilah yang disebut Parami.
Untuk mencapai
kebuddhaan, pangeran siddharta menempuh 4 asankheya kappa dan 100 ribu kappa
untuk mendapatkan gelar “Buddha”. Kita yang masih putujjhana, hendaknya terus
berkarya dalam mengembangkan kualitas batin sehingga tujuan dari umat Buddha
akan tercapai (nibbana). Seperti menjalankan kedemawanan (dâna), sîla (perilaku
baik), dan mempraktikkan meditasi (bhavana).
Referensi:
Riwayat Agung Para Buddha Ke-1, Ehipassiko Foundation & Giri Mangala Publications
0 comments:
Posting Komentar